Rabu, 14 Oktober 2009

Visi, Misi dan Tujuan

Visi :

Menjadikan Unit Kegiatan Mahasiswa FISIB ABStra sebagai pusat pengembangan minat, bakat, dan kreatifitas dalam bidang Bahasa, Sastra, dan Seni yang berimajinasi tinggi, kreatif, inovatif dan berkompeten.

Misi :

  • Membentuk Organisasi yang berdaya saing tinggi
  • Mewujudkan mahasiswa yang cerdas dalam berfikir, trampil dalam berkarya, dan berkompeten serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

Tujuan :

  • Untuk menampung bakat, minat dan kreatifitas mahasiswa FISIB mengenai kebahasaan, kesusastraan, dan kesenian.
  • Menciptakan insan yang berwawasan luas terhadap bahasa, sastra, seni dan budaya bangsa.
  • Ikut berpartisipasi dalam membangun sumber daya manusia pada umumnya dan sumber daya mahasiswa pada khususnya.

Sejarah

UKMF ABStra (Apresiasi Bahasa dan Sastra) merupakan salah satu UKMF di FISIB dari empat UKMF yang telah dibentuk secara bersamaan. Terbentuknya UKMF-UKMF diawali dari musyawarah antara Ketua BEM FISIB, Ketua-ketua HMJ yang berada di FISIB (HMJSOS,HMJKOM,HMJSI), aktivis-aktivis mahasiswa FISIB serta Pembantu Dekan III FISIB. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa FISIB sendiri merupakan Fakultas yang baru berdiri kurang lebih 1 tahun yang menaungi tiga jurusan Sosiologi, Komunikasi, dan Sastra Inggris. Oleh karena itu adanya keinginan dari semua pihak yang berada di bawah naungan FISIB untuk membentuk sebuah wadah organisasi di dalam FISIB guna menampung minat-bakat serta kreatifitas mahasiswa FISIB.

Disamping itu masalah pembagian dana kemahasiswaan di tiap-tiap fakultas merupakan latar belakang utama dibentuknya UKMF-UKMF di FISIB. Sebagaimana yang diutarakan oleh Pembantu Dekan III FISIB bahwasannya pembagian Dana Kemahasiswaan dari Universitas didasarkan pada jumlah organisasi di fakultas, semakin banyak organisasi di fakultas maka semakin besar pula jumlah dana kemahasiswaan yang diperoleh. Sebelum di bentuknya UKMF-UKMF, FISIB hanya terdiri dari lima organisasi ; DPM, BEM, HMJSOS, HMJKOM, dan HMJSI dirasa perlu untuk adanya penambahan, maka membentuklah empat UKMF sehingga berjumlah sembilan organisasi di FISIB. Pembentukan ke-empat UKMF tersebut didasarkan pada jurusan/prodi yang ada di FISIB. UKMF RISET merupakan dasar dari program study Sosiology yang bergerak dalam bidang penelitian, UKMF FANATIK merupakan dasar dari program study Komunikasi yang bergerak dalam bidang fotografi dan jurnalistik , UKMF ABStra merupakan dasar dari program Sastra Inggris yang bergerak dalam bidang bahasa, sastra dan seni, dan UKMF ORKES yang di dasarkan pada perpaduan dari ketiga program study yang bergerak dalam bidang olahraga, kesehatan, dan seni.

UKMF Apresiasi Bahasa & Sastra atau yang disingkat “ABStra” dibentuk pada tanggal 25 February 2009 yang kemudian disahkan pada tanggal 16 Maret 2009 dengan pemberian Surat Keputusan Ketua Umum kepada saudara Syaiful Milal (Sastra Inggris/2007) dari Ketua BEM FISIB untuk Periode Pertama tahun 2009. Untuk mendapatkan pengakuan baik secara de facto and de jure dari civitas akademika Universitas Trunojoyo maka UKMF ABStra di Launchingkan yang dilaksanakan pada 18 Mei 2009. UKMF ABStra yang awalnya UKMF Apresiasi Sastra kemudian ditambah dengan ‘Bahasa’ yang kini menjadi Apresiasi Bahasa & Sastra (ABStra) memprogramkan tiga divisi, diantaranya: Divisi Bahasa (English Club), Divisi Sastra, dan Divisi Drama. UKMF ABStra merupakan salah satu UKMF yang berada di FISIB yang bergerak dalam bidang bahasa, sastra, dan seni.

Senin, 10 Agustus 2009

Rumah Untuk Adik

; yaya
Selamat datang adik
Dirumah merah darah tempat racun
Digambar bentuk daun waru
Tuk tunjukkan tenpat singgah

Mari kuantar langkah kakimu
Pada gedung sederhana
Bukan atap rumbia atau gaya Amerika
Yang kutawarkan, didalamnya rindu membentang
Karena cinta begitu lama datang
Sejak kau usap jendela kaca rumahku
Dan kelembutanmu membuat rumah ini mengalir
Begitu saja

Kubangun surga didalamnya
Sesirat sayang, sepucuk cinta
Tuk panjangkan malam-malam kita berdua
Dengan sekelilingnya bunga-bunga
Kau tahu, mawar putih kesayanganmu
Namun Dik, bercampur pucat merah tentu
Karena rumah itu,
Hama dan racun terus mengganggu
Membawa ketakutan kuatnya cemburu

Adik,
Itu adalah sambutanku
Pada rumah berbentuk daun waru
Tersembunyi hanya Tuhan, dan aku yang tahu
Tersimpan seikat kembang rindu
Dan nyanyian syahdu
Tuk ungkap, aku mencintaimu.
Oleh ; Fathul Qorib
4 Agustus 2009

Sajak Ibu Pertiwi

Sujudku dalam keheningan yang mencium bulu kudukku,
adalah aku yang semakin bernafsu untuk memelukmu Tuhanku,
Adalah anak panah yang melesat dalam balutan cahaya bulan,
menjadi suara-suara cinta yang menghujam kalbu-Mu perlahan.
Aku ada di dunia adalah kehendak-Mu,
yang mencuri-curi kebesaran asma-Mu untuk ku jejakkan dalam tanah Indonesia-Ku.
Oh, negeriku yang hasil peras keringat jutaan pahlawan,
memupuk kebodohan menjadi subur makmur tanpa penyesalan.

Sujudku dalam keheningan malam yang menyergap,
merapalkan sajak-sajak doa kian lama kian lenyap.
Doa adalah burung-burung cahaya yang kuterbangkan ke hadirat-Mu
Doa adalah anak-anak panah cinta yang kuarahkan ke dalam kalbu-Mu
Doa adalah suara-suara ajaib tali jiwa yang kupetik setiap waktu
Doa adalah bianglala yang menghubungkan keaibanku dengan kegaiban-Mu
Entah suara siapa itu.

Kemudian terlahir dari rahim Ibu,
bayi-bayi yang merengek minta tetek susu
Tumbuh menjadi kanak-kanak yang lucu,
bermain dengan mobil-mobilan tanah yang penuh haru
Tumbuh menjadi tampan jelita mengharumkan nafas-nafas keluarga.
Tumbuh menjadi dewasa dengan pendidikan tinggi setingkat tiang Negara.
Tumbuh menjadi koruptor,
bajingan yang menyelusup diantara buku-buku kantor.

Kelahiran di negeriku adalah hampa,
menambah bencana, azab dan sengsara.

Kemudian terlahir dari buku-buku itu,
tinta-tinta penulis yang tajam mengiris kalbu.
Memihak kemiskinan, memeluk kerakyatan,
mengintimidasi penindasan.
Tumbuh menjadi tinta emas,
yang tiap kata-kata tergores menjadi jutaan nafas
Tumbuh menjadi tinta perak,
yang tiap huruf terjalin menjadi jutaan rupiah berarak
Tumbuh menjadi tinta Tuhan,
yang tiap gagasan telah menjadi sumber penghasilan.
Tumbuh menjadi tinta uang,
yang tiap tertuang sesuai dengan standar orang-orang
Tumbuh menjadi tinta-tinta pencabut keadilan membawa kesengsaraan.

Kelahiran di negeriku adalah hampa, menambah angkara murka.

Kemudian terlahir dari kesengsaraan itu,
komunitas-komunitas haluan baru.
Membawa bendera rakyat menuju demokrasi,
dengan cita dan niat tulus suci.
Namun sekali lagi,
mereka tumbuh menjadi pengemis-pengemis kehormatan.
Hidup dalam kegilaan,kekecewaan, dan penindasan.

Kelahiran di negeriku adalah hampa,
usah kau pedulikan lagi air mani yang tumpah berjelanga bunda
Ibunda pertiwiku, ngeri nian membayangi hidup dalam keterpurukan.
Ibunda pertiwiku tertegun menatap masa depan,
anak-anaknya yang patah harapan.
Ibunda pertiwiku menjerit dalam heningnya malam,
terperangkap dalam panas matahari
Ibunda pertiwiku menatap masa depan yang kelam,
bagi anak-anaknya berbakti untuk negeri
Oh, ibu…

“Kulihat Ibu pertiwi, Sedang bersusah hati*
Air matanya berlinang, mas intan yang kau kenang
Hutan gunung sawah lautan, simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa

O ibu-ibu pertiwi, kami datang berbakti
Lihatlah putra-putrimu, menggembirakan ibu
Ibu kami tetap cinta, putramu yang setia
Menjaga harta pusaka, untuk nusa dan bangsa”

O Ibu, aku kini terlahir dalam dunia yang penuh murka
Kelahiranku akan membawa janji sumpah setia padamu
Untuk menjaga kehormatan namamu dalam sumpahku
Akan kubawa mutiara kalbumu menuju kejayaan Negara

Kelahiran di negeriku Indonesia bukan lagi membawa sampah dan bencana
Kelahiran di negeriku kini, adalah ketegaran yang bermuara dalam hati.
*Lirik Lagu Ibu Pertiwi
Oleh ; Fathul Qorib

Sajak

Sajak tercipta dari angan yang menjelma
Menjadi kata,
Membentuk kekuatan didalamnya
Memar karena luka
Bersinar karena bahagia
Terbakar karena cinta
Memberi gelisah pada yang salah
Memberi ampunan bagi yang berkenan
Memberi ancaman bagi pembangkang
Memberi merah pada darah
Memberi damai pada hati
Mengumbar rasa pada jiwa

Sajak tercipta bukan hanya karena cinta
Saja ada bukan hanya pada gelisah
Sajak terjadi bukan terpaku saat tragedi
Sajak timbul bukan hanya untuk memberontak
Sajak lahir bukan monopoli pada khayali
Ia sempurna pada emosi yang merajai
Setiap kata yang mempunyai magis ruhani
Nafas tercekat, jiwa terjerat
Terbawa arus, menuju makna yang kian tergerus