Sabtu, 21 Agustus 2010

Jumpa yang Sulit diTerjemahkan

Lelaki yang menyimpulkan tali sepatu hitam di depan surau kecil itu adalah rerindu yang bersemedi diantara dimensi ruang dan waktu yang tak mampku kurengkuh

Sedang…

Perempuan yang duduk termangu dengan raut layu sambil memegang dagu, kemudian sesekali melepas rindu pada alunan tembang lagu dibalik dinding-dinding surau adalah aku yang kini bermain dengan sajak temu

Kami bertemu dalam permainan kasat mata dibalik lensa minusku diantara suara-suara sumbang dan tawa riuh di sudut kantin kecil itu

Dan… bangku, meja-meja yang berjejer itu adalah saksi pilu ketika rumput-rumput kecil yang kecoklatan itu berdendang dengan syair yang kubisikkan melalui desiran angin selepasku memandang

Pertemuan kedua

Aku mencoba menafsirkan liup gerimis dimatamu yang berlarian sambil mencoba melempar senyum ketika mata kita saling mencuri di pucuk siang yang menyengat

Jumpamu luluh ratakan pilar-pilar pahatan kebencian hati yang pernah tercabik di ujung musim lalu
Jumpamu mengoyak pula pikir dan imajinasiku yang berkutat dengan seribu tanya tentangmu

Sebab…

Rambutmu tebal berkilau dibebat silau mentari siang
Dan kusaksikan sebentuk lukisan yang tersirat diantara lekuk alismu

Sementara dipucuk pelipis kirimu, bertengger setetes keringat yang siap meluncur di sepanjang rona pipi tirusmu

Hingga tissue basah yang tergenggam kemarin seraya ingin menyeka bintik keringat yang tumpah lalu berkarat diwajahmu

Dan terbacalah sudah kepedihan yang tersembunyi dibalik raut wajah teduhmu yang sayu




Pertemuan ketiga

***
Begitulah…
Igauanku dalam jumpa luruh meremukkan senyum awan-awan sambil melempar asa pada tiap-tiap hari yang kulalui ketika ku tak tau tentangmu



Kota Debu - Pulau Garam,
23-26 Mei 2010

Awank-awank Kecil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar